Aku pernah amempunyai tekad utk mjd guru yg menyenangkan, karena aku tak suka guru yg killer. Itu istilah yg kerap kami gunakan utk menyebut guru yg tdk membuat kami nyaman ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas.
Menurutku seharusnya siswa merasa gembira,senang,nyaman waktu belajar.
Adalah Firdaus (memang nama sebenarnya) yg sempat memancing emosiku mengatainya Kurang Ajar. Ya Allah, teganya aku waktu itu. Dan Firdaus pun menangis. Duh! Hanya karena tingkah polahnya sebagai anak2 ia harus mjd korban Kekerasan Verbal dimana aku sebagai guru mjd pelakunya. Ia masih anak2. Muridku ini masih kelas3SD. KELAS 3!!! Tangisannya menusuk hatiku. Usianya mungkin belum genap 10tahun. Dan aku?yang hampir 28tahun ini kalap,terburu2 serta penuh emosi mendampratnya. Padahal di pagi harinya (oh ya, aku masuk kelas3 siangnya) aku baru saja menonton GONG RUAI tentang kekerasan guru terhadap murid wabil khusus kekerasan fisik. Yang disebut kekerasan fisik tentunya tindakan menyakiti fisik, sementara kekerasan verbal dipahami sebagai tindakan menyakiti melalui perkataan terhadap seseorang.
Dan aku pun menangis lagi. Ya Allah, aku pun tersika batin. Aku punya anak di rumah. Ibrahim. Aku tak ingin membayangkan Ibrahim dg kepolosannya, kenikmatannya, kebahagiaan di masa kecilnya kini dimarahi, dibentak, bahkan dihajar oleh gurunya. Tentu saja aku tak rela. Bagaimana dgn orang tua muridku yang bernama Firdaus? Kini yg berkelebatan di benakku adalah senyum manis Firdaus sebelum ia 'terluka' olehku. Polos... Manis... Spt senyum Ibrahim.
Robb... Tuhanku yang Maha Pengasih, karuniakanlah kepadaku rasa kasih, kesabaran, kebaikan, kearifan dalam menghadapi murid2ku, luruskan niatku ketika masuk ke kelas. Mudahkan proses dan barokahi hasil kegiatan belajar kami. Cukuplah 5 November 2009 sebagai episode buruk sejarahku menjadi guru.... NB:maafkan mam lia ya firdaus? yang telah membuat Firdaus tersedu2. Smg engkau menjadi anak yg dapat dibanggakan orang tua, sekolah dan masyarakat. Amin